Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan diniyah non formal yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta. Dalam prakteknya, majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama islam yang paling fleksibal dan tidak terikat oleh waktu. Majelis taklim bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan atau strata social, dan jenis kelamin
. Waktu penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam . tempat pengajarannya pun bisa dilakukan dirumah, masjid, mushalla, gedung. Aula, halaman, dan sebagainya. Selain itu majelis taklim memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai lembaga dakwah dan lembaga pendidikan non-formal. Fleksibelitas majelis taklim inilah yang menjadi kekuatan sehingga mampu bertahan dan merupakan lembaga pendidikan islam yang paling dekat dengan umat (masyarakat).
Majelis Talim adalah rangkaian kegiatan yang selalu rutin diadakan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas Mulawarman pada setiap bulannya. Dengan adanya kegiatan Majelis Talim ini diharapkan terjalin komunikasi dan keakraban diantara sesama Pejabat, staff dan Dosen di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman. Dengan adanya majelis talim bisa memupuk rasa kebersamaan, kekeluargaan sehingga tercipta suasana yang harmonis. Majelis Ta'lim yang diadakan Selasa 20 Januari 2015 ini mengambil tema " Hikmah Peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW " . Majelis Ta'lim Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik Universitas Mulawarman menghadirkan Ustadz Muhammad Iwan Abdi, M.Si . Dalam rangka menyambut dan memperingati hari yang sangat bersejarah bagi seluruh umat Islam di dunia yaitu hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW
Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, apalagi anugerah Allah bagi umatnya yang beriman dan bertakwa. Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda, “Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).”
Umar bin Khottob al-Furqon
Telah berkata Sayyidina ‘Umar: “Siapa yang membesarkan (memuliakan) majlis maulid Nabi saw. maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.” (sumber dari kitab anni’matul kubro ‘alaa al-’aalam fii maulid sayyidii waladii aadam karya Imam Syihabuddin Ahmad ibnu Hajar al-Haitami as-Syafii)
Fadilah Perayaan Maulid Nabi
Pertama, Meneguhkan kembali kecintaan kepada Raulullah SAW adalah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada diatas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan istri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Rasulullah bersabda, “ Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya dari pada orang tua dan anaknya” ( HR. Bukhari).
Kedua, Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT bersabda, “ Sesunggungnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu ) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (QS.Al-Ahzab :21 )
Ketiga, melestarikan ajaran dan perjuangan Rasulullah dan juga para Nabi yaitu Misi Rahmatan lil ‘alamin. Misi tersebut kemudian diwariskan kepada para Ulama sebagai pewaris Nabi. Sehingga sudah menjadi kewajiban kita selaku umat Islam Khususnya di Indonesia, untuk tetap berpegang teguh pada misi Rahmatan lil ‘alamin tersebut demi terwujudnya kondisi masyarakat yang Islami, saling menghormati, dan tidak merasa paling benar. Bukan malah sebaliknya menuduh bid’ah dan musyrik bahkan sampai pada pengkhafiran kepada para penikmat perayaan Maulid Nabi SAW.