Dalam usianya yang ke-50, banyak pengalaman dan perkembangan yang telah dialami oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman (Fisip Unmul). Dalam hal jumlah program studi (prodi) misalnya, sebelum tahun 2000, jumlah prodi hanya tiga, yakni Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Pemerintahan, dan Ilmu Sosiatri. Peningkatan secara signifikan terjadi mulai tahun 2000 dengan dibentuknya prodi-prodi baru. Sekarang ini (2012), Fisip Unmul memiliki satu Program D3, sembilan program S1, satu program S2, dan satu lagi program yang dalam proses pembentukannya, yakni program S3.
Jumlah mahasiswa juga terus meroket.Sebelum tahun 2000, jumlah mahasiswa tidak lebih dari 700 orang, lalu melonjak drastis menjadi 4585 orang pada tahun 2007, dan sekarang (September 2012) telah menembus angka 6000 lebih.
Kampus Fisip yang dulu berlokasi di kompleks perumahan dosen Sidomulyo berupa rumah papan -- yang kemudian pindah ke Jalan Flores, dan selanjutnya ke Gunung Kelua di kampus Fisip yang sekarang – kini sudah memiliki puluhan gedung-gedung beton, yang beberapa di antaranya bertingkat tiga dan empat.
Dalam setengah abad perjalanannya, Fisip Unmul telah dipimpin oleh para Dekan secara silih berganti. Dekan Fisip Unmul yang sekarang, Prof. Dr. H. Adam Idris, M.Si, adalah Dekan Fisip Unmul yang ke-12, yang baru menjabat sejak tahun lalu. Tim website Fisip Unmul mendapat kesempatan untuk mewawancarai beliau guna mendengarkan pandangan-pandangan tentang berbagai hal dan arah kebijakannya selama kepemimpinannya dalam pengembangan Fisip Unmul ke depan. Berikut adalah petikan wawancaranya.
Tanya:
Visi dari Fisip Unmul adalah “Mewujudkan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai pusat peradaban, yang berjiwa entrepreneur di bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan menjalin jejaring nasional dan internasional di Kalimantan pada tahun 2020”. Apakah ini merupakan visi Fisip Unmul yang sama sekali baru?
Jawab:
Visi ini merupakan penyempurnaan dari visi dan misi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebelumnya.
Apa maksud dari Fisip Unmul sebagai pusat peradaban yang berjiwa entrepreneur di bidang ilmu sosial dan politik?
Pada mulanya, output yang diharapkan dalam visi dan misi Fisip Unmul sebelumnya hanya berorientasi pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu perlu adanya penajaman. Istilah pusat peradaban kemudian dimasukkan maksudnya adalah agar para lulusan/alumni nantinya tidak hanya memiliki/menguasai pengetahuan dan teknologi saja tetapi juga memiliki etika, moral yang tinggi, dan pendekatan-pendekatan dari aspek religius. Konsep peradaban sebenarnya adalah penggabungan dari ilmu pengetahuan (knowledge), etika atau moralitas dan pendekatan religius. Sementara peradaban yang berjiwa entreprenuer di bidang ilmu sosial dan ilmu politik maksudnya adalah ilmu yang diperoleh dari Fisip harus bisa diminati oleh masyarakat. Ketika diminati oleh masyarakat berarti ilmu tersebut diperlukan oleh masyarakat. Jika ilmu tersebut tidak diminati sudah tentu tidak akan mereka gunakan. Kita berharap ilmu yang diperoleh dari Fisip bisa bermanfaat untuk masyarakat karena diminati oleh masyarakat.
Maksud dari berjiwa entrepreneur itu apa? Apakah Fakultas mengharapkan semua alumni Fisip Unmul nantinya jadi entreprenur, wiraswasta, atau pengusaha?
Bukan. Lulusan/alumni Fisip bisa bekerja di semua bidang profesi apa saja, tidak hanya di bidang swasta, mejadi birokrat, pengusaha, ataupun politikus. Tetapi yang ditekankan dengan jiwa entreprenur adalah bagaimana alumni-alumni Fisip Unmul, apapun profesinya, bisa melaksanakan tugasnya sehingga bisa bermanfaat bagi masyarakat karena disukai dan diminati oleh masyarakat. Jadi jiwa entreprenur tidak hanya berkaitan dengan aspek usaha/wiraswasta, tetapi semua bidang profesi harus memiliki jiwa entreprenur yang berarti bisa memberikan pelayanan, pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan profesinya masing- masing.
Bagaimana dengam upaya membangun jejaring nasional sebagaimana yang disebutkan dalam visi Fisip Unmul tersebut?
Tidak ada masalah untuk jejaring nasional karena di Fisip kita bisa saling sharing melalui media dalam rangka saling memberi informasi, yakni melalui Forum Dekan. Dalam forum ini para Dekan yang tergabung didalam Fisip, Fia dan ilmu-ilmu sosial lainnya di seluruh Indonesia setiap tahun bertemu untuk membicarakan perkembangan di bidang ilmu sosial dan lain sebagainya. Untuk diketahui, tahun ini Forum Dekan akan dilaksanakan di Banda Aceh pada tanggal 5–7 Oktober 2012.
Bagaimana dengan jejaring internasional? Apakah sudah dirintis/dilakukan dan bagaimana kira-kira kelanjutannya?
Untuk jejaring internasional, ada kendala yang kita hadapi karena untuk mewujudkan jejaring internasional tentu kita harus melakukan MOU atau kerjasama dengan perguruan tingi- perguruan tinggi yang ada diluar negeri. Kita beberapa kali melakukan kunjungan ke luar negeri dalam rangka menjajaki kerjasama tersebut. Perlu juga dicatat bahwa jejaring internasional yang dimaksud juga berkaitan dengan persoalan bagaimana agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari di Fisip sesuai dengan standar-standar internasional yang ada.
Sebelum perbincangan berlanjut, ada baiknya kita mengenal sosok Dekan Fisip Unmul mulai dari masa kecilnya.
Prof. Dr. H. Adam Idris, M.Si dilahirkan di Bone, Sulawesi Selatan, pada tanggal 14 Januari 1960. Di masa kecil, beliau dirawat oleh neneknya yang tinggal di kampung, karena pada saat usia tiga tahun, ayah beliau sudah merantau ke Kalimantan Timur tepatnya pada tahun 1963. Tujuh tahun kemudian ibu beliau juga menyusul merantau ke Kalimantan Timur. Pada usia delapan tahun beliau duduk di Sekolah Dasar, karena pada masa itu di kampung belum ada Sekolah Taman Kanak-Kanak. Beliau bersekolah di Kecamatan Ajangale, Pompanua Kabupaten Bone. Pengalaman yang paling berkesan di masa kanak-kanaknya adalah pada saat duduk di kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar. Ketika itu teman-teman seusiamya mengikuti kegiatan Pramuka dan Baris-Berbaris yang dipertandingkan antara sekolah satu dengan yang lainnya. Tetapi untuk menjadi anggota perkumpulan tersebut, murid yang bersangkutan harus memakai pakaian seragam. Karena keterbatasan ekonomi, neneknya tidak mampu membelikannya seragam yang diwajibkan, sehingga beliau akhirnya tidak bisa menjadi salah-satu bagian atau anggota dari kelompok tersebut. Pengalaman tak terlupakan tersebut memiliki kesan tersendiri. Ini karena, untuk anak-anak seusia beliau saat itu menjadi anggota Pramuka atau pasukan baris-berbaris adalah merupakan sebuah kebanggaan.
Sewaktu kecil, Bapak bercita-cita ingin menjadi apa?
Cita-cita masa kecil saya adalah ingin menjadi Guru.
Kalau SMP dan SMA-nya di mana/bagaimana?
Saya bersekolah SMP di ibukota kabupaten. Untuk melanjutkan sekolah (setelah tamat SMP), kalau masuk SMA [Sekolah Menengah Atas – sekarang SMU, Red.] saya harus melanjutkan kuliah lagi untuk bisa bekerja. Karena keadaan keuangan orangtua yang tidak mampu membiayai kuliah nantinya, maka saya memutuskan untuk memilih Sekolah Pendidikan Guru (SPG), dengan alasan dan pertimbangan jika tamat nanti bisa langsung bekerja sebagai guru. Lingkungan ketika itu sepertinya juga mempengaruhi orientasi pekerjaan, dimana saat itu di kampung saya profesi pekerjaan yang ada atau diharapkan hanya pedagang dan guru saja.
Kalau tak salah Bapak adalah alumni (S1) Fisip Unmul. Bisa diceritakan kenapa Bapak memilih kuliah di Fisip Unmul? Cita-cita dulu ketika masuk Fisip ingin menjadi apa?
Benar, saya adalah alumni S1 Fisip Unmul. Alasan saya melanjutkan kuliah karena ketika lulus SPG, saya sudah dapat berkomunikasi dengan orangtua dan mendapat kabar bahwa orangtua di Samarinda sudah memungkinkan untuk membiayai perkuliahan. Sedangkan alasan memilih Fisip Unmul karena sewaktu bersekolah di SPG saya tinggal bersama guru saya, dan guru saya itu menyarankan jika lulus nanti sebaiknya melanjutkan pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, karena setelah lulus nanti dapat bekerja di pemerintahan. Di Fisip saya memilih Program Studi Ilmu Pemerintahan.
Sewaktu kuliah dulu, siapa yang menanggung biaya kuliah Bapak? Apakah pernah mencoba-coba melakukan perkerjaan tambahan untuk menambah biaya kuliah atau uang saku?
Karena latar belakang keluarga yang kurang mampu, awalnya saya tidak pernah bermimpi untuk bisa kuliah. Tapi karena takdir dan kuasa Allah SWT, akhirnya saya bisa kuliah dengan biaya SPP ditanggung oleh orang tua. Untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya menumpang di rumah orang lain yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri, yakni Bapak Made Ali. Saya membantunya berjualan ikan di pasar Sungai Dama di pagi hari, sementara kuliahnya sore. Hal yang tak terlupakan pada saat kuliah adalah saat-saat ketika di awal Semester V saya sempat beristirahat atau cuti dari perkuliahan dikarenakan keterlambatan membayar SPP, yang disebabkan oleh kiriman uang orangtua terlambat datangnya. Untuk ke depan, saya berharap tidak ada lagi mahasiswa yang harus istirahat kuliah karena tidak bisa membayar SPP.
Tahun berapa Bapak diangkat menjadi Dosen? Mengajar mata kuliah apa? Situasi perkuliahan dulu bagaimana? Lebih enak mana mengajar dulu dibandingkan sekarang?
Saya diangkat menjadi dosen melalui test penerimaan CPNS dosen pada tanggal 1 Maret 1988, dengan persaingan lima kandidat. Hanya dua kandidat yang lolos, dan salah satunya adalah saya yang lulus di Program Studi Ilmu Pemerintahan. Di Prodi IP saya mengajar mata kuliah Administrasi Pemerintahan Desa dan Daerah, Sejarah Indonesia, dan mata kuliah Pengantar Ilmu Politik. Mengenai situasi perkuliahan sudah tentu berbeda dilihat dari fasilitas, ruang kelas, situasi perkuliahan mahasiswa. Dulu mahasiswa minim fasilitas, sekarang mahasiswa bisa mengakses banyak fasilitas, bahkan lembaga mahasiswapun sudah memiliki sekretariat. Dilihat dari segala aspek yang ada tentu saja lebih enak mengajar sekarang dengan segala fasilitas yang mendukung.
Kuliah S2 dan S3 dimana? Apakah mendapatkan beasiswa?
Setelah diangkat menjadi Dosen pada tahun 1988, pada tahun 1992 saya mendapatkan beasiswa dari BPPS melanjutkan Pendidikan Pasca Sarjana (S2) di Universitas Hasanuddin dengan Program Studi Manajemen Perkotaan. Saya lulus S2 pada tahun 1995. Saya kemudian melanjutkan ke Program Doktor (S3) di Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2004, dengan Konsentrasi Manajemen Publik, dan lulus pada tahun 2007.
Kapan diangkat menjadi guru besar? Apa saja tugas-tugas guru besar?
Pada bulan Oktober 2008 saya diangkat menjadi Guru Besar atau Profesor, yang mengemban tugas melaksanakan Tridarma Universitas yaitu pendidikan/pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Seorang Guru Besar memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan ilmu kepada mahasiswa, di samping harus menulis buku. Saya telah menulis dua buah buku dan akan segera menerbitkan satu buku lagi tahun ini.
Sebelum menjadi Dekan, Bapak dulu pernah memegang jabatan struktural apa saja?
Jabatan yang pernah saya pegang sebelum menjadi Dekan adalah sebagai Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan, Asisten Direktur I pada Program Studi Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, dan Direktur Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Apakah Bapak punya kegiatan-kegiatan di luar kampus, misalnya olahraga?
Untuk kegiatan-kegiatan di luar kampus selain aktivitas sebagai Dekan Fisip, seorang Profesor dan Dosen, saya selalu menyempatkan diri melakukan aktifitas olahraga disela-sela kesibukannya sehari-hari seperti bermain Tennis lapangan dua kali dalam seminggu pada Senin dan Rabu sore. Saya juga selalu meluangkan waktu untuk berkumpul dan bercengkrama bersama keluarga di rumah.
Bapak adalah Dekan yang ke-12 di Fisip Unmul. Ketika diangkat menjadi Dekan tersebut bagaimana perasaan Bapak dan bagaimana komitmennya dalam mengemban jabatan tsb?
Tentunya ada perasaan senang dan bangga tetapi di satu sisi juga ada perasaan khawatir apakah tugas sebagai Dekan yang berat dan besar ini dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Apalagi melihat jumlah mahasiswa Fisip yang besar. Komitmennya sebagai Dekan dan alumni Fisip Unmul adalah mengembangkan dan memajukan Fisip Unmul agar jauh lebih baik lagi ke depannya.
Program-program apa saja yang dibuat untuk pengembangan Internal & Eksternal Fisip Unmul ke depan & bagaimanan upaya-upaya untuk mencapai tujuan tersebut?
Untuk pengembangan ada program-program yang merupakan kelanjutan dari program sebelumnya yang tetap harus kita lakukan. Misalnya, tetap melanjutkan program studi lanjutan bagi dosen termasuk karyawan. Untuk dosen yang telah menempuh S1, melanjutkan ke S2, yang telah S2, melanjutkan ke S. Jadi disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Disamping itu, dalam rangka pengembangan Fakultas akan mengikutkan atau melibatkan dosen- dosen dalam seminar tingkat nasional bahkan seminar tingkat internasional. Kemudian dalam rangka mewujudkan visi dan misi Fakultas, semua fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam proses perkuliahan harus dilengkapi. Agar para dosen lebih mudah dalam memberikan materi maka disiapkan infocus di setiap ruangan, demikian juga di ruang seminar. Bahkan kita membuat regulasi/aturan-aturan dalam rangka proses percepatan kelulusan mahasiswa sehingga tidak perlu kuliah hingga tujuh tahun, melainkan bisa selesai dalam 4 tahun perkuliahan. Pengembangan lainnya adalah dengan mengadakan Majelis Ta’lim yang kegiatannya dilakukan setiap bulan dalam rangka mengembangkan nilai-nilai spiritual bagi staf, dosen dan mahasiswa. Pengembangan yang bersifat eksternal adalah dengan melakukan kerjasama-kerjasama dengan berbagai pihak dari luar.
Dari banyaknya program-program tsb, apakah ada program-program unggulan?
Semua program yang ada merupakan program unggulan karena antara program satu dengan yang lainnya saling terkait. Program yang ada tidak dapat berdiri sendiri. Contohnya, semua fasilitas-fasilitas yang diperlukan di Fisip Unmul termasuk mengembangkan Website yang ada, merupakan salah satu program unggulan. Kemudian bagaimana penataan kampus yang indah, rapi dan bersih juga merupakan salah satu program unggulan Fisip, dengan tujuan bagaimana kita bisa mewujudkan suasana kampus yang nyaman agar mahasiswa dapat kuliah dengan tenang. Saya menganggap semua program-program tersebut adalah unggulan yang semuanya saling terkait dan ke depannya harus kita capai.
Target-terget apa saja yang ingin dicapai di masa kepemimpinan bapak?
Target kedepannya adalah mewujudkan visi dan misi yang ada, yang merupakan target empat tahun ke depan. Sudah tentu kita tidak hanya bisa berharap bahwa semuanya harus tercapai seratus persen. Ini tentu ada proses-proses yang harus kita lakukan. Jadi intinya bahwa semua visi, misi dan program kerja yang sudah kita susun itulah yang merupakan target dan cita-cita yang akan kita capai ke depan
Fisip adalah Fakultas terbesar ketiga dilihat dari jumlah mahasiswanya yang sekarang lebih dari 6000 mahasiswa, sementara jumlah dosen hanya hanya 92 orang, sehingga rasio dosen: mahasiswa adalah 1:60. Menurut Ketua Umum Asosiasi Dosen Indonesia, rasio yang ideal untuk kasus Indonesia adalah 1: 36 atau angka terbaiknya 1:30. Bagaimana menurut pendapat Bapak?
Memang benar jumlah dosen tetap kita yang ada sebanyak 92 dosen, tetapi perlu diingat bahwa disamping dosen tetap kita juga memiliki dosen tidak tetap dan bahkan kita juga memiliki praktisi-praktisi dalam proses belajar mengajar. Jadi, dari jumlah rasio perbandingan antara mahasiswa dan dosen masih dalam batas yang normal walaupun memang tidak ideal karena kita juga bersyukur bahwa Fisip masih diminati oleh masyarakat. Kita bisa juga melihat bahwa ada Fakultas-fakultas tertentu di Unmul yang jumlah mahasiswanya sedikit sementara jumlah dosennya banyak. Jadi hal itu bukan merupakan suatu kendala atau masalah.
Apakah adanya moratorium penerimaan PNS tahun kemarin dan tidak adanya formasi pengangkatan PNS tahun ini (2012) menghambat upaya Fisip Unmul untuk mengejar rasio ideal tsb?
Sebenarnya pada tahun ini ada formasi penerimaan PNS untuk Dosen, hanya saja untuk Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik tidak ada. Yang ada adalah formasi untuk Fakultas di bidang ilmu eksakta saja. Tetapi, hal itu tidak menghambat upaya Fisip dalam mengejar rasio ideal yang ada.
Apa saja upaya-upaya yang dilakukan oleh Fisip Unmul untuk hal tersebut?
Salah satu upaya yang kita lakukan untuk pengangkatan dosen melalui program dimana staf administrasi yang telah S2 dapat beralih status menjadi dosen melalui prosedur yang telah ditentukan dan melalui persetujuan dari Dikti dan Diknas.
Disamping kuantitas, kualitas jauh lebih penting. Apa program-program Bapak dalam meningkatkan kualitas dosen?
Program jangka panjang melalui studi lanjutan dari S1 melanjutka ke jenjang pendidikan S2, dan dari S2 melanjutkan ke jenjang pendidikan S3. Dan untuk jangka pendek para dosen sesuai dengan bidang ilmunya diikutsertakan dalam pelatihan-pelatihan maupun seminar dalam dan luar negeri dalam rangka meningkatkan kualitas. Melalui seminar atau pelatihan tersebut dapat terjadi transfer imu pengetahuan.
Minat lulusan SMU/SMK untuk kuliah di Fisip termasuk tinggi yang bisa dilihat dari jumlah mahasiswa yang mendaftar dan diterima setiap tahunnya. Apakah ruang perkuliahan di masa-masa mendatang akan cukup mendukung?
Mengenai ruang kelas tidak ada masalah karena ruang perkuliahan bisa digunakan mulai pagi hari hingga malam (pukul 08.00 wita – 21.00 wita) secara bergantian dan kita juga memiliki ruang kelas yang mencukupi serta jumlah mahasiswa yang diterima pertahunnya sudah diprediksi berdasarkan kapasitas ruang kelas yang ada.
Mahasiswa banyak juga memerlukan fasilitas-fasilitas, apakah fasilitas-fasilitas yang ada di Fisip cukup mendukung proses belajar mengajar?
Fasilitas-fasilitas yang ada sudah mendukung proses belajar mengajar. Ruang kelas telah dilengkapi dengan infocus sehingga para dosen tinggal membawa laptop. Meja, kursi serta fasilitas penunjang proses belajar mengajar di kelas walaupun belum cukup ideal tetapi sudah cukup memadai untuk itu.
Bagaimana dengan jumlah mahasiswa yang masuk (diterima) dengan yang keluar (tamat), apakah sudah ideal?
Kita sedang mengupayakan karena idealnya jumlah mahasiswa yang masuk (input) seimbang dengan jumlah mahasiswa yang keluar (output). Tetapi yang terjadi pada saat ini belum seimbang.
Upaya-upaya apa yang dilakukan Fakultas untuk mengurangi gap antara jumlah yang masuk dan lulus?
Fakultas menindaklanjuti kebijakan dari Rektor, seperti tindak lanjut proses percepatan kelulusan dengan seminar yang dulu tiga kali (Seminar I/Proposal, Seminar II/Hasil Penelitian, dan Pendadaran) kini menjadi dua kali seminar saja (Seminar Proposal, Pendadaran). Selain itu, Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dulu hanya ditangani oleh LPPM, sekarang bisa ditangani oleh pihak Fakultas yang disebut KKN Alternatif atau Non-Reguler yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara jumlah mahasiswa yang masuk dengan mahasiswa yang keluar sehingga tidak terjadi penumpukan. Adanya indikasi penumpukan disebabkan oleh ketidakseimbangan antara mahasiswa yang masuk dan yang keluar (lulus).
Kemendikbud menetapkan bahwa mahasiswa S1 diwajibkan membuat tulisan di jurnal sebagai sebuah syarat kelulusan. Bagaimana tindak lanjut dari Fakultas dalam hal ini?
Upaya yang dilakukan adalah setiap Program Studi harus memiliki jurnal. Ini untuk mempublikasikan hasil karya ilmiah mahasiswa [bahan tulisan di jurnal berasal dari skripsi, yang format tulisannya mengikuti format tulisan jurnal ilmiah, Red.].
Jumlah mahasiswa yang diwisuda Fisip Unmul sekitar 600-an orang setiap tahun. Ini berarti setiap tahun Fisip Unmul tahun menerbitkan 600 artikel ilmiah mahasiswa. Apakah jurnal yang ada bisa menampung? Atau bagaimana solusinya?
Karena jurnal Fakultas yang berbentuk cetakan yang bernama Jurnal Sosial-Politika tidak dapat menampungnya, maka dibuatlah jurnal Prodi. Jurnal Prodi ini adalah jurnal elektronik (electronic journal) atau e-journal yang akan online di Internet. Kapasitas tampungnya tak terbatas atau bisa menampung semua tulisan ilmiah mahasiswa Fisip Unmul.
Di seluruh unit di Fisip Unmul sekarang terdapat 109 staf, dengan komposisi 38,53% PNS dan 61,47% non-PNS. Bagaimana kebijakan Fakultas dalam hal kepegawaian?
Bagi yang staf PNS, mereka memiliki tugas tersendiri. Hanya saja rasio jumlah staf PNS di Fisip dengan jumlah mahasiswa tidak seimbang. Untuk itulah diadakan penambahan pegawai nonPNS/ honorer dalam rangka membantu dan melancarkan proses administrasi. Karena sekarang sudah dalam komposisi yang banyak, maka sekarang ini untuk sementara tidak ada penambahan atau penerimaan pegawai non PNS mengingat keuangan Fakultas.
Apakah Fakultas memiliki program-program untuk meningkatkan dan menyejahterakan staf, terutama yang masih belum PNS?
Program peningkatan kesejahteraan akan tetap dilakukan karena pegawai yang non PNS tetap merupakan bagian dari kita. Hanya saja, ini harus disesuaikan dengan kemampuan keuangan yang ada. Contohnya, antara pegawai PNS dan Non PNS tidak ada perbedaan dalam pemberian honor, tetap dalam porsinya masing-masing. Ini dalam rangka mencegah benturan atau gap antara Pegawai PNS dan non PNS karena jika itu terjadi bisa mengganggu kinerja masing-masing.
Alumni Fisip Unmul sekarang jumlahnya lebih dari 6000 orang. Bagaimana pandangan dan harapan Bpk tentang alumni-alumni yang dihasilkan Fisip?
Memang benar jumlah alumni kita besar dan karena itu maka kita adalah Keluarga Besar. Hanya saja, memang alumni yang ada sekarang belum terdata dengan baik sehingga kontribusinya untuk Fakultas belum maksimal. Karena alumni merupakan bagian dari Keluarga Besar Fisip Unmul maka mereka diharapkan bisa memberi kontribusi kepada Fakultas sebagai alamamaternya.
Bagaimana dengan Ikatan Keluarga Alumni Fisip Unmul (IKA Fisip Unmul)?
Ikatan Keluarga Alumni Fisip Universitas Mulawarman (IKA Fisip Unmul) secara organisasi sudah ada, hanya saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu belum begitu menonjol. Ini bukan merupakan kewenangan dari lembaga (Fakultas), dan mereka memiliki kepengurusan sendiri.
Sebentar lagi, Fisip Unmul akan merayakan ulang tahunnya. Bisa dijelaskan latar belakang perayaaannya dan hal-hal yang ingin dicapai ?
Ulang Tahun Fisip Unmul sudah lama dirintis dan ketika saya menjadi Dekan salah satu program yang saya lakukan adalah membentuk panitia yang mengkaji hari lahir Fisip Unmul. Hasil dari kajian panitia tersebut dibawa ke rapat Senat Fakultas, dan diputuskan secara bersama bahwa hari lahirnya Fisip Unmul jatuh pada tanggal 27 September 1962. Ulang tahun Fisip Unmul bersamaan dengan ulang tahun Universitas Mulawarman.
Apa saja acara-acara dari perayaan ultah tsb?
Dalam rangka memperingati hari ulang tahun Fisip kami telah membentuk panitia ulang tahun Fisip yang ke-50 yang pertama kalinya diselenggarakan. Ketua panitianya adalah Prof. Dr. Hj. Aji Ratna Kusuma, M.Si, dan mereka telah menyusun program-program acara yang akan diselenggarakan. Berdasarkan laporan yang telah diterima acara-acara yang dipersiapkan dalam perayaan Hut Fisip ke-50 ini berupa Jalan Santai dan Reuni Akbar Alumni Fisip Unmul.
Siapa saja yang akan hadir?
Diharapkan kepada semua alumni Fisip akan hadir dan memeriahkan perayaan ulang tahun emas Fisip Unmul. Tetapi tentunya tidak semua bisa menghadiri karena keterbatasan waktu, kesibukan dan tempat mereka yang tersebar tidak saja di Kalimantan, tapi juga di luar Kalimantan, dan bahkan di luar negeri. Selain para alumni, segenap civitas akademika Fisip dan para pejabat Rektorat dan perwakilan dari Fakultas di Unmul turut menjadi para undangan yang diharapkan kehadirannya.
Sebagai penutup, ada pesan-pesan atau hal-hal yang ingin Bapak sampaikan?
Harapan kami bahwa keluarga besar Fisip bisa ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut, apalagi ini merupakan ulang tahun ke-50 atau ulang tahun emas dan pertama kalinya diselenggarakan. Ini tentu akan membawa suasana yang berbeda bila dihadiri semua alumni yang ada. Dengan pertemuan yang ada para alumni bisa saling sharing ilmu pengetahuan dan pengalaman mereka satu sama lain dalam rangka pengembangan Fisip Unmul ke depannya.
Dalam rangka memajukan Fisip ke depan, semua elemen yang menjadi bagian dari Fisip harus saling bekerjasama, berkoordinasi, dan saling percaya dalam mewujudkan hal itu, termasuk para alumni.
Harapan kita ke depan adalah program-program yang telah disusun mesti didukung oleh semua pihak karena tanpa adanya dukungan semua pihak program-program tersebut tidak akan bisa berjalan dengan baik.