Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman mengadakan Seminar dan Workshop Kurikulum Ilmu Komunikasi Tahun 2018. Agenda ini bertempat di Ballroom Hotel Aston Samarinda, Selasa (31/07). Prodi Ilmu Komunikasi kali ini tak tanggung-tanggung mengusung tema, yakni; “Peluang dan Tantangan Ilmu Komunikasi di Era Digital”. “Semoga dengan adanya kegiatan ini, bisa meningkatkan kualitas program studi Ilmu Komunikasi,” ujar Dr. H. Mohammad Noor, M.Si; Dekan Fisipol saat membuka workshop kurikulum.
Berkaitan dengan tema yang diangkat, panitia acara berkesempatan mengundang tiga narasumber yang andal dalam bidang ilmu komunikasi. Taufik; Coorporate Communication PT. Telkom, Devi Alamsyah Manager Iklan Kaltim Post Group, dan terakhir datang dari Kadis Pariwisata Samarinda, Syafruddin Pernyata. Workshop Kurikulum yang dikemas dengan sesi diskusi ini merupakan agenda ketiga yang digelar, setelah dua sebelumya pada tahun 2009 dan 2014.
Dalam kata sambutannya di awal, Dekan Fisipol juga sempat menuturkan bahwa penting untuk mengetahui kebutuhan pasar. “Prodi Ilkom harus bisa mencetak lulusan yang dapat diterima dengan baik di pasar,” tuturnya.
Berkaca dari sambutan Dekan Fisipol, inilah yang coba dikupas habis oleh seluruh tamu undangan, baik dosen Ilkom maupun alumnus. Segenap tamu undangan yang hadir turut dalam agenda diskusi yang membahas peluang-peluang ilmu komunikasi di masa depan, termasuk tantangan, dan juga kebutuhan-kebutuhan Ilkom di masa yang akan datang.
Diskusi Interaktif: Apa Sebenarnya yang Dibutuhkan Ilmu Komunikasi?
Menginjak agenda berikutnya, di sinilah para narasumber menyampaikan materi yang mereka bawakan. Mulai dari media digital, hingga yang paling mendasar yakni mengenai kecakapan seorang mahasiswa atau alumni Ilmu Komunikasi. Syafruddin Pernyata juga menuturkan bahwa seorang yang berkecimpung di dunia komunikasi harus memiliki kecapakan komunikasi yang mumpuni. “Ini adalah dasarnya, bagi semua komunikan itu harus cakap,” paparnya.
Baginya, seluruh praktisi Ilmu Komunikasi jangan hanya mampu bermain di media, atau non media, tapi kemampuan mendasar harus benar-benar dikuasai. Ia bahkan sangat menekankan kurangnya pembelajaran di Ilkom mengenai cara berbicara yang baik bagi komunikan. “Pendidikan boleh saja tinggi, tapi tak menjamin kecakapan seseorang dalam berbicara,” pungkasnya.
Pertanyaan mendasar yang ingin coba di jawab dalam diskusi ini kembali kepada apa sebenarnya yang dibutuhkan Ilmu Komunikasi guna memenuhhi kebutuhan pasar di masa mendatang. Melalui ketiga narasumber serta pembicara aktif, Ilmu Komunikasi bisa menjadi sebuah armada tangguh jika di dalamnya mampu menguasai beberapa elemen.
Tak hanya kemampuan video, editing dan menulis, namun juga perlu dibarengi dengan soft-skill yang mumpuni pula. Hal ini juga perlu diiringi dengan kreatifitas yang tinggi dari setiap individunya. Karena kebutuhan pasar merupakan hal yang dinamis, yakni selalu berubah mengikuti perkembangan jaman.
“Jika tidak ingin ditinggalkan, maka kita harus mengikuti perubahan,” tutup moderator pada diskusi kali ini, Sabiruddin yang merupakan Dosen Ilmu Komunikasi.